Chittor Fort, India
India juga memiliki salah satu benteng terluas di dunia bernama Chittor Fort. Jika dilihat, kamu akan mengira jika bangunan ini berada di Eropa karena bangunannya yang bergaya Eropa.
Chittor Fort ini pernah menjadi ibu kota Mewat dan terletak di Kota Chittorgargh karena telah ada sejak abad ke-7. Benteng seluas 280 hektar ini sudha berganti kepemilikan selama berkali-kali, mulai dari abad ke-7 dikuasai oleh Kerajaan Mewar, pada abad ke-9 hingga abad ke-13 berada di kepemilikan Dinasti Paramara. Pada tahun 1303, Sultan Delhi Alauddin Khaliji berhasil mengalahkan pasukan Ratnasimha di benteng ini hingga pada tahun 2013 UNESCO mengakui benteng ini sebagai salah satu situs warisan dunia.
Spis Castle, Slovakia
Benteng terluas di dunia berikutnya adalah Spis Castle. Jika kamu pernah menonton film Dragonheart atau The Last Legion, kedua film ini memilih Spis Castle sebagai lokasi pengambilan gambar.
Kastil ini merupakan istana abad pertengahan terbesar di Eropa Tengah dengan bagian utama kastil dibentengi dengan dinding batu yang kokoh dan tak lekang oleh zaman. Menariknya lagi, Spis Castle ini berada di perbukitan hijau dengan pemandangan yang indah. Keindahan pemandangan ini membuatnya menjadi salah satu wisata favorit di Slovakia dan menjadi tempat syuting film terkenal.
Konigstein Fortress, Jerman
Konigstein Fortress atau juga dikenal sebagai Saxon Bastille juga menjadi salah satu benteng terluas di dunia yang patut untuk kamu kunjungi. Benteng yang berada di puncak bukit dekat Dresden, Swiss Saxon, Jerman ini juga menjadi salah satu benteng terbesar di Eropa.
Beberapa bagian dari benteng ini telah berusia sekitar 400 tahun. Bahkan, di dalam benteng ini juga ada sebuah sumur terdalam kedua di Eropa yang dalamnya mencapai 152,5 meter. Sekarang, benteng ini dibuka untuk umum dan menjadi salah satu wisata unggulan di Jerman.
Buda Castle, Hongaria
Buda Castle juga menjadi salah satu benteng terluas di dunia yang patut untuk kamu sambangi. Berlokasi di Hongaria, kastil ini merupakan kompleks istana para raja Hongaria yang dibangun pada tahun 1265.
Istana kerajaan ini berfungsi sebagai benteng karena menjadsi pertahanan dari serangan Mongol. Mangingat benteng ini menjadi objek penyerangan berkali-kali, maka tak heran jika bangunan ini sudah berganti-ganti arsitektur. Buda Castle ini mengusung gaya arsitektur Gothic, pernah juga mengusung gaya arsitektur Baroque. Benteng ini juga sangat terlihat cantik saat malam hari karena diterangi dengan lampu-lampu yang membuatnya megah. Benteng ini memiliki luas hingga 44.674 meter persegi.
Benteng Wolio dan Sejarahnya
Benteng Wolio adalah benteng terluas di dunia berdasarkan catatan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan Guinness Book of World Record pada 2006. Total luasnya adalah 23,3 hektare.
Nama Benteng Wolio ini berasal dari kosakata welia, yang berarti membabat. Menurut cerita, pembangunan benteng ini disertai dengan dibabatnya pohon-pohon berukuran besar yang ada di sekitar. Selain itu, benteng ini juga dikenal sebagai Benteng Keraton Buton karena ada rumah tempat tinggal Sultan Buton di dalamnya.
Benteng Wolio adalah benteng tua berusia ratusan tahun yang wujudnya berupa tumpukan batu karst yang mengelilingi sebuah istana. Dulunya, Benteng Wolio berfungsi untuk menjadi pembatas area istana sekaligus benteng pertahanan.
Cikal bakal Benteng Wolio sudah ada sejak era kekuasaan Raja Buton III pada abad ke-16. Raja yang dikenal sebagai La Sangaji dengan Kaimuddin itu awalnya hanya membangun dinding dengan tumpukan batu sederhana. Setelah tampuk kekuasaan beralih ke Raja Buton IV, kualitas benteng ditingkatkan menjadi susunan bebatuan dengan putih telur, pasir, dan kapur sebagai perekatnya.
Benteng Wolio saat ini telah berstatus Cagar Budaya yang ditetapkan sejak tahun 2003. Kini, Kawan GNFI pun bisa menyempatkan diri berkunjung ke Benteng Wolio apabila sedang berada di Kota Baubau.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
KOMPAS.com – Benteng terluas di dunia ternyata ada di Indonesia, namanya adalah Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio).
Lokasinya berada di Desa Wisata Limbo Wolio, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Sebagai benteng terluas di dunia, Benteng Keraton Buton sudah mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guinness Book Record yang pada September 2006.
Baca juga: 10 Kota Termahal di Dunia 2022, Didominasi Kota di Asia
Jika dihitung, luas bentengnya mencapai 23,375 hektar. Terdapat 12 pintu gerbang yang disebut Lawa dan 16 emplasemen meriam yang diberi nama Baluara, dikutip dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Minggu (12/6/2022).
Citadel of Aleppo, Suriah
Benteng terluas di dunia berikutnya adalah Citadel of Aleppo yang berada di Suriah. Benteng ini diklaim sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO karena dianggap sebagai bangunan bersejarah.
Citadel of Aleppo ini masuk dalam daftar benteng terbesar di dunia dan tertua ketiga di dunia hingga pertengahan abad ke-3 sebelum masehi. Selama berdirinya benteng ini sempat dikuasai oleh Yunani, Bizantium, Ayyubiyah dan Mamluk. Masyarakat juga percaya jika Nabi Ibrahim pernah memerah domba-dombanya di salah satu bukit yang berada di benteng ini.
Masada juga menjadi salah satu benteng terluas di dunia yang berlokasi di Israel dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di negara tersebut. Hal tersebut dikarenakan benteng ini berada di dataran tinggi batu di Distrik Selatan Israel.
Benteng yang telah ada sejak zaman kuno ini tetap bertahan hingga saat ini karena berada di lokasi yang terisolasi dari dunia luar. Salah satu sisi benteng ini merupakan Gurun Yudea dan sisi lainnya adalah Laut Mati. Dengan lokasi yang seperti itu, benteng ini sama sekali tidak tersentuh oleh peradaban atau modernisasi selama ribuan tahun.
Benteng Keraton Buton, Indonesia
Benteng terluas di dunia yang pertama wajib untuk kamu kunjungi adalah Benteng Keraton Buton. berlokasi sekitar 3 kilometer dari Kota Bau-Bau ini telah diakui oleh Guinness World Records di tahun 2006 sebagai benteng terluas yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III.
Benteng ini berhasil memberikan pengaruh terhadap eksistensi kerajaan. Selama empat abad, Kesultanan Buton dapat bertahan dan terhindar dari ancaman musuh. Sekarang, dari benteng ini juga kamu bisa menikmati pemandangan Kota Bau-Bau dan kapal-kapal yang lewat di Selat Buton.
Tha Pae Gate: Gerbang Masuk Menuju Kota Tua Chiang Mai Yang Bersejarah
India Gate, Landmark Kota New Delhi Yang Penuh Sejarah
Sejarah Benteng Keraton Buton
Pembangunan Benteng Keraton Buton dimulai pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji dengan gelar Sultan Kaimuddin.
Awalnya, bentuk bentengnya hanya berupa tumpukan batu yang disusun mengelilingi kompleks istana.
Baca juga: 5 Pulau Terbesar di Dunia, Ada Pulau di Indonesia
Tujuan pembangunan adalah untuk membatasi area istana dengan perkampungan masyarakat, sekaligus sebagai benteng pertahanan.
Kemudian, benteng dari tumpukan batu tersebut dibangun secara permanen pada masa pemerintahan Sultan Buton IV, La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin.
Pembangunan benteng secara permanen pada masa kejayaan Kesultanan Buton itu, punya tujuan untuk menunjukkan eksistensi kerajaan.
Berkat adanya benteng tersebut, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari para musuhnya hingga empat abad lebih.
Alasan lain Kesultanan Buton bisa bertahan adalah karena letak bentengnya yang ada di puncak bukit dengan jalan terjal, sehingga bisa jadi tempat pertahanan yang baik pada masanya.
Baca juga: 6 Paspor Paling Mahal di Dunia, Ada yang Lebih dari Rp 10 Juta
Hingga kini, bangunan banteng tersebut masih bisa dilihat wisatawan dan masih berdiri dengan kokoh, meski sudah berusia ratusan tahun.
Wisatawan yang datang ke tempat ini bisa melihat pemandangan Kota Baubau serta mengamati hilir mudik kapal di Selat Buton dari atas Benteng Wolio.
Benteng berbentuk lingkaran dengan panjang keliling 2.740 meter ini sangat bersejarah, karena dulunya adalah bekas Ibu Kota Kesultanan Buton.
Ilustrasi Benteng Wolio di Desa Wisata Limbo Wolio di Sulawesi Tenggara.
Selain sangat luas dan kokoh, arsitekurnya juga unik karena terbuat dari batu kapur atau batuan gunung.
Di bagian dalam benteng, ada tiga komponen, yaitu Badili (meriam), Lawa (pintu gerbang), dan Baluara (bastion atau benteng pertahanan).
Kemudian, di area dalam Benteng Walio juga ada sejunlah situs dan benda-benda sejarah peninggalan Kesultanan Buton, serta rumah-rumah penduduk dengan arsitektur khas Buton.
Baca juga: Daftar Negara Paling Damai di Dunia, Ini Peringkat Indoesia
Bila tertarik melihat benteng terluas di dunia, wisatawan bisa langsung datang ke Desa Wisata Limbo Wolio di Sulawesi Tenggara, jaraknya sekitar empat kilometer (km) dari pusat Kota Baubau dan dari Pelabuhan Murhum.
Jika dari Bandara Betoambari, jaraknya lebih dekat karena hanya 3 km saja. Wisatawan bisa ke lokasi benteng naik kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat.
Mehrangarh Fort, India
Masih di India, benteng terluas di dunia selanjutnya adalah Mehrangarh Fort. Meskipun secara teknis bangunan ini dianggap sebagai benteng, namun Mehrangarh Fort ini dianggap menjadi kastil.
Kastil ini berada di atas bukit setinggi 122 meter dan dibangun pada tahun 1459 di kota Jodhpur. Tujuan dari pembangunan benteng ini adalah untuk memindahkan ibu kota dari Mandore ke Jodhpur. Sekarang, benteng inimenjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi wisatawan karena pemandangannya yang sangat indah.
Malbork Castle, Polandia
Benteng terluas di Polandia yang terakhir adalah Malbork Castle. Kastil yang berada di Polandia ini merupakan bangunan istana sekaligus benteng terbesar di dunia. Bagaimana tidak, luas dari benteng ini mencapai 143.591 meter persegi.
Benteng Malbork ini didirikan pada tahun 1274 oleh Ksatria Teutonik dan berfungsi sebagai markas besar untuk mengalahkan musuh Polandia dan menguasai teritori mereka di utara Baltik. Seiring berjalannya waktu, jumlah ksatria tersebut pun bertambah dan Malbork Castle mengalami beberapa kali perluasan. Sekarang, kastil ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Polandia yang sayang sekali untuk dilewatkan.
Itulah tadi daftar benteng terluas di dunia yang wajib untuk kamu kunjungi bagi kamu yang suka dengan wisata sejarah. Nah, sebelum jauh-jauh pergi ke luar negeri, tak ada salahnya untuk menjelajahi Benteng Keraton Buton yang ada di Indonesia terlebih dahulu. Selamat berlibur.
TEMPO.CO, Jakarta - Benteng Keraton Buton atau Benteng Wolio yang juga dikenal sebagai Benteng Baubau merupakan salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Buton. Benteng yang terletak di atas Bukit Wolio ini memiliki luas 23.375 hektare. Letaknya berada di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan lereng yang cukup terjal cocok untuk dijadikan benteng pertahanan pada masanya. Seperti dikutip dari buku Kota Baubau, Sejarah dan Perjalanannya karya Prof Dr Burhan Bungin dan rekan-rekanya.
Benteng yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596) ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan september 2006 sebagai benteng terluas di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dindingnya terbuat dari karang dan putih telur serta campuran dengan pasir dan juga kapur itu sangat tinggi serta tebal, setiap dinding yang ada di benteng tidak sama, hal ini dikarenakan bangunan tersebut mengikuti kontur tanah atau lereng bukit. Tinggi tembok rata-rata mencapai 8 meter dan ketebalan mencapai dua meter.
Benteng Baubau ini memiliki 3 komponen. Pertama, Badili atau meriam. Obyek wisata ini merupakan meriam yang terbuat dari besi tua yang berukuran 2 sampai 3 depa. Meriam ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Bau-Bau.
Kedua, Lawa. Artinya dalam bahasa Wolio adalah pintu gerbang. Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung yang berada di sekeliling benteng keraton. Terdapat 12 lawa pada benteng keraton. Angka 12 menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia, sehingga benteng keraton diibaratkan sebagai tubuh manusia.
Ke-12 lawa memiliki masing-masing nama sesuai dengan gelar orang yang mengawasinya, penyebutan lawa dirangkai dengan namanya. Kata lawa diimbuhi akhiran ‘na’ menjadi ‘lawana’. Akhiran ‘na’ dalam bahasa Buton berfungsi sebagai pengganti kata milik “nya”.
Setiap lawa memiliki bentuk yang berbeda-beda tapi secara umum dapat dibedakan baik bentuk, lebar maupun konstruksinya ada yang terbuat dari batu dan juga dipadukan dengan kayu, semacam gazebo di atasnya yang berfungsi sebagai menara pengamat. 12 Nama lawa di antaranya: Lawana Rakia, Lawana Lanto, Lawana Labunta, Lawana Kampebuni, Lawana Waborobo, Lawana Dete, Lawana Kalau, Lawana Wajo atau Bariya, Lawana Burukene atau Tanailandu, Lawana Melai/Baau, Lawana Lantongau, dan Lawana Gundu-gundu.
Ketiga, Balarua. Kata baluara berasal dari bahasa portugis yaitu baluer yang berarti bastion. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi/ Dayanu Ikhsanuddin (Sultan Buton ke-4) bersamaan dengan pembangunan ‘godo’ (gudang). Dari 16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak di atas baluara tersebut.
Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada.
Nama kampung tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton. 16 Nama Baluara, yaitu Baluarana Gama, Baluarana Litao, Baluarana Barangkatopa, Baluarana Wandailolo, Baluarana Baluwu, Baluarana Dete, Baluarana Kalau, Baluarana Godona Oba, Baluarana Wajo/ Bariya, Baluarana Tanailandu, Baluarana Melai/ Baau, Baluarana Godona Batu, Baluarana Lantongau, Baluarana Gundu-gundu, Baluarana Siompu dan Baluarana Rakia.
Kunjungan Sandiaga Uno Ke Benteng Bau Bau
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno berharap Desa Wisata Limbo Wolio di kawasan Benteng Keraton Buton, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, yang merupakan benteng terluas di dunia, adalah suatu ikon dan harus dijaga serta dilestarikan seluruh komponen.
"Ada beberapa catatan yang saya ingin sampaikan bahwa ini adalah benteng terluas di dunia. Jadi ini kita canangkan sebagai Desa Wisata mengungguli 3.500 desa lainnya yang mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia," ujar Sandiaga Uno saat berkunjung ke Kota Baubau, Senin 13 Juni 2022.
Kedatangan Sandiaga Uno dalam rangkaian masuknya 50 besar Desa Wisata Limbo Wolio pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), seperti dilansir dari Antara.
Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 merupakan salah satu program pengembangan kepariwisataan Indonesia yang sedang digalakkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penyelenggaraan acara 50 besar ADWI 2022 dengan tema 'Kebangkitan Ekonomi Demi Indonesia Bangkit'.
Keberhasilan Desa Wisata Limbo Wolio menembus 50 besar terbaik mengungguli 3.500 desa lainnya, kata Sandi, tentunya harus dijaga dan dipertahankan. Capaian yang diraih saat ini adalah dari kolaborasi seluruhnya yang diharapkan akan membangkitkan ekonomi masyarakat.
"Memang untuk menjaganya harus melibatkan masyarakat, pemerintah dan seluruhnya. Tadi antusiasme masyarakat luar biasa, saya melihat di tempat-tempat lain tidak ada dukungan yang begitu antusias seperti kali ini. Jadi mari sama-sama kita jaga sebagai tatanan sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa pariwisata harus bangkit, ekonomi harus tumbuh, dan lapangan kerja harus terbuka," ujarnya.
Demikian juga, kata dia, saat masyarakat mengalami tekanan ekonomi yang berat pemerintah hadir untuk memberikan apresiasi. Lebih lanjut dia mengingatkan, mengenai kondisi batu-batu di benteng tersebut juga harus ada konservasinya, karena kemungkinan susunan batu di benteng tersebut secara perlahan akan tergerus atau aus seiring waktu.
"Dalam menjaga destinasi-destinasi yang prioritas kami melibatkan kementerian, lembaga, pemerintah pusat dan lapisan masyarakat. Memang sekarang yang menjadi salah satu topik yang hangat biaya, hemat kami dari Kemenparekraf yang perlu dijaga adalah aspek keberlanjutannya, aspek bagaimana ikon pariwisata seperti Desa Wisata Limbo Wolio akan menjadi warisan untuk anak cucu sehingga harus kita jaga," tuturnya.
Sementara itu, Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse mengatakan, kehadiran Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) di Baubau sebagai upaya memberikan penguatan kepada pihaknya setelah mendapatkan 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia ini.
"Beliau datang untuk memperkuat kita memertahankan posisi ini dan berusaha lebih baik lagi dari saat ini," kata Wali Kota Baubau.
Ahmad Monianse juga berharap sektor pariwisata Indonesia bisa bangkit kembali setelah masa pandemi yang melanda Tanah Air. Termasuk di Baubau bisa meraih kembali cita-citanya untuk menjadi kota yang maju, sejahtera dan berbudaya.
Penyambutan Sandiaga Uno di Lapangan Kara Kelurahan Melai, Kecamatan Murhum diterima Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse, Ketua DPRD Baubau, unsur Forkompimda, Sekda Baubau Roni Muntar dan sejumlah kepala OPD Pemkot Baubau dengan disambut tarian daerah Galangi.
Sandiaga Uno sempat menyaksikan dan mengikuti langsung permainan tradisional 'polojo' bersama anak-anak setempat, berziarah ke makam Sultan Murhum dengan prosesi santiago, meninjau rumah suvenir dan mengunjungi 'Batu Popaua', lalu bersepeda menuju lokasi penandatangan prasasti, memberikan sertifikat dan plakat di area Gerbang Lanto.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Arsitektur bangunan Benteng Keraton Buton terbilang cukup unik, karena terbuat dari batu kapur atau gamping. Konon, batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir dan kapur sehingga menjadi bangunan benteng.
Tidak seperti benteng pertahanan lainnya, Benteng Keraton Buton dibangun atas inisiatif masyarakat pribumi yaitu pada masa pemerintahan Sultan Buton III, yakni Sultan La Sangaji atau Sultan Kaimuddin. Terdapat meriam atau badili, di dalam Benteng Keraton Buton.
Meriam itu merupakan bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda. Selain meriam, benteng ini juga mempunyai pintu gerbang atau lawa dan baluara badili atau bastion dudukan meriam (emplasemen).
Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung di sekelilingnya. Terdapat 12 lawa pada Benteng Keraton Buton, yang menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia.
Sementara itu, baluara berasal dari bahasa Portugis yaitu baluer, yang berarti bastion. Baluara dibangun pada 1613, di masa pemerintahan Sultan Buton IV, yakni Sultan La Elangi yang bergelar Sultan Dayanu Ikhsanuddin.
Terdapat 16 baluara, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk berbeda-beda, sesuai dengan kondisi lahan. Predikat benteng terluas di dunia diberikan oleh Guinness World Records pada 2006 lalu.
Selain itu, Benteng Keraton Buton juga mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Benteng ini mempunyai luas sekitar 23,375 hektar. Berbentuk lingkaran, benteng ini memiliki keliling 2.740 meter.
Sedangkan, tinggi dan tebal tembok Benteng Keraton Buton berbeda-beda, lantaran perbedaan kontur tanah dan lereng bukit. Tinggi benteng berkisar 1-8 meter, dengan ketebalannya sekitar 0,5 – 2 meter.
Mengupayakan Benteng Terluas di Dunia untuk Jadi Warisan Dunia UNESCO
Benteng Wolio sedang diupayakan untuk bisa menjadi Warisan Budaya UNESCO. Pemkot Baubau, Sulawesi Tenggara, telah mengambil langkah untuk mewujudkan keinginan itu.
Sebagai langkah permulaan, Pemkot Baubau menggelar Seminar Awal Penyusunan Dokumen Pengusulan Benteng Wolio Sebagai Warisan Dunia (World Heritage UNESCO) di Baubau, Selasa (25/10) lalu. Melalui seminar awal ini, disiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk mendorong Benteng Wolio menjadi warisan dunia.
Ada dua hal yang dinilai membuat diupayakannya Benteng Wolio menjadi Warisan Budaya UNESCO menjadi penting. Pertama, agar benteng tersebut terawat dengan baik dan menarik perhatian masyarakat internasional untuk ikut juga menjaganya. Kedua, menjaga Benteng Wolio adalah bentuk penghormatan kepada leluhur.
"Kalau mereka (leluhur) sudah membuatkan kita (benteng) seagung ini masa kita tidak bisa mengantar menjadi kelas dunia. Jadi tanggung jawab kita sebagai generasi hari ini bagaimana lebih membesarkan lagi," ujar Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monian, seperti dilaporkan Antara.
"Kalau mereka (leluhur) sudah membuatkan kita (benteng) seagung ini masa kita tidak bisa mengantar menjadi kelas dunia. Jadi tanggung jawab kita sebagai generasi hari ini bagaimana lebih membesarkan lagi," pungkasnya.
Seminar awal penyusunan dokumen pengusulan Benteng Wolio melibatkan para ahli untuk mengisi materi. Adapun ahli yang didatangkan ada lima orang yang mana seluruhnya adalah para pakar di bidang arkeologi, sejarah, dan lainnya dari sejumlah kampus di Sulawesi Tenggara.